Semakin malam berbagai pemikiran muncul, termasuk soal kenekatan ingin melamar mantan kekasih. Tapi saya sadar kalau itu tak mungkin, tapi malam berikutnya keinginan itu ada lagi. Bodoh atau terlalu maju dalam menentukan sikap.
Hari ini Ragil, sahabat saya menikah dengan kekasihnya yang sudah dipacari selama 3 tahun. Saya hampir tak percaya kalau akhirnya ada teman sejati yang memulai hidup baru sebagai ‘manusia satu’. Tak ada lagi perbedaan atau kata ‘masing-masing’. Malah tadi saya sempat SMS dia, “Gil, gue takut lu berubah dan nggak nge-band lagi. Itu yang ditakutkan anak-anak.” Ragil pun membalas, “Nggaklah Gik, gue nggak berubah, kita tetap bisa ngumpul. Malah, gue nggak lagi dibatasi dengan jam malam.”
Saya senang bukan main, setidaknya akan ada yang berubah saat nge-band, Ragil selalu ditemani istrinya. Saya tak mau lagi mencampuri masalah percintaan Ragil dan Vira, mudah-mudahan mereka awet sampai mati.
Melihat pernikahan mereka, saya agak iri. Tapi bukan untuk lekas menikah juga, melainkan iri dengan ‘cinta’ mereka. Ragil sudah tak memikirkan bagaimana membangun cinta, tapi sekarang bagaimana merawatnya.
Bicara soal itu, bagaimana dengan saya. Saya harus memikirkan bagaimana membangun cinta itu, lalu bagaimana pondasinya, desainnya, bahkan bagaimana bentuk cinta itu pun saya masih bingung. Belum terbayangkan, meskipun sekarang sudah ada cinta yang menghampiri.
Namun sebelumnya, bahkan sampai saat ini masa lalu dengan berbagai penyesalan terus menghampiri saya. Bahkan ide ‘gila’ untuk melamar sang kekasih pun kerap menghantui. Aksi nekat itu memang terus mendesak. Namun bagaimana mungkin, sang mantan saja sudah ‘jijik’ melihat, bahkan mendengar nama ‘Giar’.
Yah, mungkin baginya kisah percintaan kami hanya membuat sakit hati dan penyesalan harga diri. Tapi saya terima itu sebagai cambuk yang akan memotifasi saya untuk lebih sempurna.
Apakah itu akan terjadi, saya tak tahu. Kalau memang takdir, itu akan terjadi dengan cara apapun. Setidaknya saya masih hidup dan masih bisa berfikir soal ‘logika dan perasaan cinta’.
Sekarang! Saya harus menyingkirkan segala obsesi bahkan harapan untuk mendapatkan cinta yang sempurna. Itu hanya ada di dunia dongeng ‘Romeo Juliet’ atau ‘Sang Putri Salju’.
Cinta harus terus dicari selanya, dibangun, dan akhirnya dipertahankan…
Please God, Give me a Redemption.....