Benjamin (
Tom Schilling) adalah seorang pemuda
introvert di dunia nyata, namun di dunia maya, dia adalah seorang
hacker yang sangat handal. Kemampuannya dalam urusan komputer tersebut membawanya berkenalan dengan
Max (
Elyas M'Barek),
Stephan (
Wotan Wilke Möhring) dan
Paul (
Antoine Monot Jr.). Mereka berempat menamakan diri mereka
CLAY (Clowns Laughing @ You) yang mempunyai misi untuk melakukan peretasan di sana-sini demi kesenangan dan ketenaran semata. Aksi mereka tersebut justru menarik perhatian
Europol (Europe Interpol) yang dikepalai oleh
Hanne Lindberg (
Trine Dyrholm).
Film ini dibuka dengan adegan Benjamin yang memasuki sebuah kamar hotel dan melihat tiga orang terbunuh dengan cara mengenaskan. Lalu adegan pun berganti dengan interogasi yang dilakukan oleh Hanne Lindberg pada Benjamin terkait insiden tersebut. Di mulailah cerita
flashback Benjamin tentang dirinya dan orang-orang yang berhubungan dengannya. Scene tersebut jadi mengingatkan kita pada scene di film
The Usual Suspect dan
Loft.
Pace film ini bisa dikatakan lumayan cepat sehingga saya nggak sempat mengalami mati kebosanan menontonnya. Setelah beberapa bulan ini saya seperti kehilangan gairah menonton film dan sering sekali jarang bisa menuntaskan suatu tontonan dalam sekali tonton, kali ini saya seperti mendapatkan kembali gairah bergejolak ketika menonton film ini. Seru!
Yeah, this movie is so much fun. Apalagi tema
cyber-crime memang menjadi salah satu tema favorit saya. Dan kali ini saya merasakan sensasi yang dahsyat ketika menonton film ini. Tentunya juga karena
it's not hollywood movie yang belakangan ini semakin membuat gairah menonton saya semakin lesu. Film-film dari benua Eropa memang selalu mendapat tempat terindah di mata saya.
Plotnya sendiri bisa dibilang cukup kompleks. Walau pada awalnya terkesan biasa saja namun seiring berjalannya waktu, ceritanya semakin menarik hingga akhirnya endingnya yang penuh dengan twist berlapis yang mampu menunjukkan bahwa film ini memang berkelas. Cerdas! Mungkin kata itu lebih tepat diberikan untuk plot cerita Who Am I - No System Is Safe ini. Bagaimana tidak, film besutan
Baran bo Odar (dimana karya sebelumnya
The Silence (2010) juga mampu memikat hati saya) ini sukses membuat saya terlihat
so stupid karena semua tebakan saya salah dalam menebak twistnya. Odar begitu lihat memanipulasi naskah ceritanya sedemikian rupa sehingga kita sebagai penonton dibuat terpaksa menebak-nebak terus apa yang sebenarnya terjadi. Namun, memang sangat memuaskan melihat hasil akhir dari film ini yang membuat saya ternganga sepersekian detik sebelum akhirnya kata 'bravo' keluar tanpa sengaja dari mulut saya. Jadi, jika anda berpikir anda berhasil menebak twistnya di bagian menjelang akhir ceritanya, jangan senang dulu, karena mungkin saja anda akan terkecoh seperti saya. Tapi jika anda berhasil menebak twistnya, saya acungin dua jempol untuk anda. Sudah lumayan lama juga saya tidak menonton film dengan twist yang memuaskan seperti ini.
Who Am I – No System Is Safe semakin menarik karena dimainkan oleh para aktor yang tepat.
Tom Schilling does the good job here! Performanya sangat tepat menggambarkan karakter Benjamin yang pemalu, kuper,
outsider,
invisible for everyone. Elyas M'Barek sukses melakoni perannya sebagai Max yang cool dan penakluk wanita.
Wotan Wilke Möhring dan
Antoine Monot Jr., walau perannya tak begitu banyak tapi sudah sangat cukup menghidupkan suasana. Lalu
Trine Dyrholm yang penampilannya bagus sekali dan saya suka dengan karakternya yang tegas dan menunjukkan sosok perempuan hebat dan kuat masa kini. Namun sayangnya saya merasa
Hannah Herzsprung kurang cocok dengan karakter
Marie terutama karena faktor wajahnya yang terlihat sedikit lebih tua dari Tom (dan ternyata memang dari segi umur Hannah juga lebih tua setahun dari Tom).
Lewat sajian penuh aksi seru dan menegangkan serta penasaran tingkat tinggi,
Who Am I – No System Is Safe wajib anda coba. Apalagi film ini ditutup dengan twist manis yang mencengangkan.
And you know what, sudah bisa diprediksi Hollywood bakal meremake film ini.
Oh sighhh!!