ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN
DENGAN MYESTENIA GRAVIS
1. Landasan Teori
1.1 Landasan (Konsep Medis dan Askep)
Myestenia gravis adalah suatu penyakit autoimun yang terjadi karena serangan asetil kolin reseptor dari neuromuskuler junction otot bergaris suatu antibody.(Hudak Carolyn,1997:291)
1.2 Etiologi
Penyebab pada manusia belum diketahui, terdapat beberapa teori yang dianjurkan antara lain :
1. Mempercepat degenerasi reseptor-reseptor asetil kolin melalui urutan terhadap yang mengenai “cross – cinting” dari reseptor antibody.
2. Blocking dari sisi reseptor aktif.
3. Merusak reseptor asetil kolin mungkin berhubungan dengan komplement.
Dari kesemua diatas berkaitan dengan kemampuan dari autoantibody untuk mengubah transmisi neuromuskuler baik oleh karena langsung menghambat pengikatan asetil kolin pada reseptor dan lebih mempercepat kerusakan molekul reseptor atau mengikat komplemennya untuk memulai lisis dari membran post sinatik oleh komplemen tadi.(Hudak Carolyn,1997:292)
1.3 Patofisiologi (Hudak Carolyn,1997:293)
Cidera Autoimun
Asetil Kolin ↓
Neuromuskuler
Terganggu
Makroskopis
Atropi | | Mikroskopis
Infiltrat limfosit Otot/ organ |
|
Pengaruh pada organ | |
Mata
Tidak bias Menutup
Gangguan rasa Nyaman | Sel nafas · Kelemahan otot – otot pernafasan · Dispneu · Tidak mampu batu · Tidak mampu membersihkan lendir di trakhea. - Bersihan jalan napas tak efektif. - Perubahan pola pernafasan. - Kerusakan pola pernafasan. - Kerusakan pertukaran gas. | Leher
Kaku kuduk
Gangguan rasa nyaman (nyeri) | Mulut
- Tidak mampu menutup mulut. - Sukar mengunyah - Tidak mampu menelan.
Gangguan Nutrisi Gangguan komunikasi verbal |
Ekstermitas
Kelemahan otot & ekstermitas menyeluruh/ sebagian
Gangguan mobilitas fisik |
| | | | | |
1.4 klasifikasi
Ada 4 tipe :
1. Ocolar Myesthania
Terkenanya otot – otot mata saja, dengan prosis dan diplopia sangat ringan dan tidak ada kematian.
- Mild Generalized Myesthenia
Permulaan lambat, seiring terkena otot mata, pelan – pelan meluas ke otot skletal dan bulber, system pernafasan tidak tertekan, respon terhadap obat baik.
- Severe Generalized Myasthenia
Acut Furmanating
Permulaan cepat, kelemahan hebat dari otot - otot pernafasan progresifpenyakit biasanya komplikasi, biasanya komplikasi dalam 6 bulan, respon terhadap obat kurang memuaskan, aktifitas penderita terbatas, mortalitas rendah.
Late Severe
Timbul paling sedikit 2 tahun setelah kelompok 1 dan 2 progresif dapat pelan – pelan atau mendadak, presentase thimana kedua paling tingg, respon terhadapobat dan prognosis jelek.
- Myesthenia Crisis
Memercepat buruknya keadaan penderita dapat di sebabkan :
· Pekerjaan fisik yang berlebihan.
· Emosi
· Infeksi
· Melahirkan anak
· Progresi dari penyakit.
· Obat – obat yang dapat menyebabkan blok neuromuskular.
· Penggunaan urus – urus.(Hudak Carolyn,1997:294)
1.5 Tanda dan Gejala
- Kelemahan sebagian/ seluruh otot.
- Tes tensilan (+)
- Keluhan hilang dengan istirahat sebentar atau dengan obat.
- Semakin berat pada perubahan keseimbangan hormon, kekambuhan penyakit, gangguan emosi, alkohol.
- Terdapat kelainan kelenjar thymus.(Hudak Carolin,1997:295)
1.6 Diagnosis
- Anamnesa
Anamnesa yang menjurus, terutama pada kelumpuhan yang berulang pagi hari biasanya masih baik, beberapa jam kemudian melemah.
- Pemeriksaan
Bertujuan untuk membuktikan secepatnya keletihan otot.
· Fisik
Pemeriksaan motorik, tes pita suara, keping tes.
· Pemeriksaan tambahan
EMNG : single fiber, tes farmakologi; gejala – gejala klinis menghilang dengan penyuntikan neostigmin dan atropin IM atau penyuntikan endroponum IV. Tes laboratorium Autelmun titer AB Acetylkolin reseptor, pada penderita muda, cari thymama CT scan / tomografi.
1.7 Dx. Banding (Hudak Carolyn,1997:296)
- Histeria
- Multiple skerozik
- Stematitis myestenia
- Sindrom mogbrus
- Karsinomatus myethenia.
- Cholinergic Crisis
1.8 Penyulit
Bisa timbul myasthenia crisis atau cholinergic crisis akibat terapy yang tidak diawasi.
1.9 Therapy
- Antikolinesterase
Piridostigmin bromida (mestin)
Dosis awal 3 x 60 mg P – O pada waktu bangun kemudian disesuaikan dengan dosisnya untuk mendapatkan efek optimal. Bila hasil tidak memuaskan pertimbangkan tymechomy atau pemberian kortikosteroid.
- Kortikosteroid
Indikasi :
· Setelah thymectomy dari tymoma invasive.
· Penderita yang tak dapat dikontrol secara memuaskan.
· Kelompok usia lanjut > 50 tahun.
· Menolak thymecthomy.
· Tipe aculer murni.
Cara pemberian :
· Sesuaikan secara optimal obat – obatan anti kolinestrak.
· Mulai dengan dosis rendah (12 – 50 mg prednison) dengan pelan, ditambah sampai respon optimal atau dapat tahan pengobatan (maksimal biasanya 50 – 60 mg prednison).
· Pelan – pelan diubah pemberiannya menjadi 2 hari seklai.
· Dosis dipertahankan sampai perbaikan mencapai platean (biasanya 6 – 12 bulan).
· Turunkan sangat pelan – pelan sampai dosis pemeliharaan minimal.
· Awasi efek samping obat.
· Dosis anti kolinestrase dapat diturunkan secara hati – hati.
- Plasma feresis
· Thymectomy
· Myasthenia gravis umum yang tidak dapat dikontrol dengan secara memuaskan dengan obat antikolinestrase, penderita < 50 tahun, 6 – 12 bulan setelah myasthenia gravis tidak ada renisi spontan.
2. Landasan Askep
- Biodata
Usia puncak yang terkena yaitu pada usia 20 tahun, perbandingan pria dan wanita adalah 3 : 1.
- Keluhan Utama
Kelemahan anggota tubuh dari tingkat ringan sampai berat.
- RPS
Gejala kelemahan timbul secara lambat atau berlangsung cepat, menyerang satu atau lebih anggota tubuh dan menyebabkan gangguan sesuai dengan fungsi organ yang terkena pada tahap lebih lanjut bisa terjadi gagal nafas bila saluran nafas terserang.
- RPD
Riwayat kelumpuhan yang berulang.
- RPK
Riwayat keluarga dengan myasthenia gravis.
- Riwayat Penyakit Psiko sosial spiritual.
· Psikologis.
Kecemasan sehubungan dengan prognosis penyakit yang jelek dan kurang pengetahuan tentang penyakit.
· Sosial
Penurunan tingkat interaksi/ kerusakan interaksi.
· Spiritual
Keyakinan klien tentang penyakitnya dihubungkan dengan keyakinan agama yang dianutnya.
- Activity Daily Life
· Nutrisi
Penurunan pemenuhan kebutuhan nutrisi karena terjadi kelemahan pada mulut sehingga mulut sulit membuka / menutup, tidak bisa mengunyah dan sukar menelan. Bisa terjadi penurunan penyerapan makanan karena kelemahan otot – otot pencernaan.
· Aktifitas
Penurunan aktifitas karena kelemahan otot – otot tubuh dan ekstremitas.
· Istirahat Tidur
Gangguan istirahat tidur karena myasthenia menyerang pada mata, sukar menutup.
· Eliminasi
Bias terjadi incontinensia urin/ alvi.
· Personal Hyegine
Peningkatan ketergantungan dalam pemenuhan kebutuhan personal hyegine.
- Pemeriksaan
· Umum
Keadaan umum : lemah, kesadaran menurun / cm, TD menurun/ dibawah normal. Nadi bradikard/ dibawah normal, RR Bradipnae/ dispnae, suhu hipertermi,/ dibawah normal.
· Pemeriksaan Fisik
Kepala : myasthenia gravis otot wajah, regurgitasi obat palatum melalui hidung, percakapan nasal abnormal, tidak mampu menutup, sukar mengunyah dan menelan, prosis dan diplopia.
Thorax : Dispneu, batuk yang lemah, tidak mampu membersihkan lendir dari trakhea, gagal nafas.
Leher : Distensi venajugularis, myasthenia pada laring dan faring.
Ekstremitas : Lemah gelang bahu, panggul (Penyakit yang lama), lemah semua otot.
- Pemeriksaan Penunjang
-Test Tension (+)
-Kelainan kelenjar thymus
-Pada elektromiografi menunjukkan penurunan amplitudo potensial motor unit apabila digunakan terus menerus.
- Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Timbul
1. Bersihan jalan nafas b/d peningkatan sekresi pulmonal.
2. Gangguan mobilitas fisik b/d kelemahan otot – otot sekunder terhadap kerusakan neuromuskuler.
3. Kerusakan komunikasi verbal b/d mulut tidak bisa menutup.
4. Gangguan pemenuhan nutrisi b/d ketidak mampuan menelan.
5. Gangguan rasa nyaman (mata tidak bisa menutup) b/d melemahnya otot volunter.
- Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa I (Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d peningkatan sekresi pulmunal)
Tujuan : Nafas bersih
Kriteria :
· Kulit, mukosa, ujung ekstermitas, tidak biru.
· Tidak ada stridor inspirasi/ ronchi
Rencana :
· Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyebab peningkatan sekresi pulmonal.
R/ Meningkatkan pengetahuan klien secara adekuat sehingga klien dan keluarga mengerti, menerima dan mau melaksanakan tindakan keperawatan.
· Berikan posisi baring semi fowler
R/ Meningkatkan volume rongga dada dan memaksimalkan ekspansi keperawatan.
· Kolaborasi tindakan fisioterapy dada dan suction.
R/ Fisio terapy dada melepaskan sekret dari dinding – dinding mukosa dan suction mengeluarkan sekret secara mekanis.
· Kolaborasi pemberian O2 sesuai indikasi.
R/ Memenuhi kebutuhan O2 tubuh, mencegah sianosis dan hipoksia jaringan.
· Observasi TTV sesuai indikasi.
R/ Peningkatan RR merupakan indikasi peningkatan sesak.
2. Diagnosa II(Gangguan mobilitas fisik b/d kelemahan otot-otot sekunder terhadap kerusakan neuromuskuler)
Tujuan : Klien dapat mobilisasi mandiri.
Kriteria hasil :
· Skala kekuatan mandiri 5.
· Tidak terjadi atropi dan kontraktur.
Rencana :
· Memberikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyebab kelemahan otot.
R/ Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga secara adekuat.
· Ajarkan pada klien tentang rentang gerak aktif dan pasif.
R/ Meningkatkan kekuatan otot, mencegah atropi dan kontraktur.
· Motivasi klien untuk melakuka latihan gerak aktif dan pasif secara teratur.
R/ Meningkatkan kekuatan otot dan mencegah atropi dan kontraktur.
· Lakukan latihan miring kiri – miring kanan sesuai dengan indikasi.
R/ Menghindari penekanan yang lama pada anggota badan dan mencegah terjadinya dekubitus.
· Observasi TTV sesuai indikasi
R/ Deteksi dini terjadi kelainan.
11.Implementasi
Melaksanakan implementasi sesuai dengan rencana keperawatan.
12.Evaluasi
Menilai tingkat keberhasilan sesuai dengan intervensi.
DAFTAR PUSTAKA
- Rumah Sakit Umum Dr. Soetomo Surabaya (1994), Pedoman Diagnosis dan Terapi, RSUD Dr. Soetomo Surabaya : Surabaya.
- Marylin E., Doengoes (1999), Rencana Asuhan Keperawatan, EGC. :Jakarta.
- Lynda Juall Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan, EGC. : Surabaya
- Carolyn Hudak (1997),Keperawatan Kritis,EGC:Jakarta