MANIFESTASI KLINIKGejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika dibandingkan dengan penderita dewasa. Masa tunas rata-rata 10-20 hari. Masa tunas tersingkat adalah empat hari, jika infeksi terjadi melalui makanan. Sedangkan, masa tunas terlama berlangsung 30 hari, jika infeksi melalui minuman. Selama masa inkubasi, mungkin ditemukan gejala prodomal, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing, dan tidak bersemangat, yang kemudian disusul dengan gejala-gejala klinis sebagai berikut:
1. Demam
Demam berlangsung selama tiga minggu, bersifat febris remiten, dan dengan suhu tubuh yang tidak terlalu tinggi. Selama minggu pertama, suhu berangsur-angsur meningkat, biasanya turun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Pada minggu kedua, penderita terus demam dan pada minggu ketiga demam penderita berangsur-angsur normal.
2. Gangguan pada Saluran Pencernaan
Napas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah, lidah putih kotor (coated tongue) ujung dan tepi kemerahan, perut kembung, hati dan limpa membesar, disertai nyeri pada perabaan.
3. Gangguan Kesadaran
Kesadaran menurun, walaupun tidak terlalu merosot, yaitu apatis sampai samnolen atau somnolence (keinginan untuk tidur dan terus tidur). Di samping gejala-gejala tersebut, pada punggung dan anggota gerak juga dijumpai adanya roseola, yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli hasil dalam kapiler kulit.
F. UJI DIAGNOSTIK
Untuk menegakkan diagnosis penyakit tipoid perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium yang mencakup pemeriksaan-pemeriksaan sebagai berikut:
a. Pemeriksaan darah tepi
· Terdapat gambaran leucopenia
· Limfosistosis relative
· Amesinofila pada permulaan sakit
· Mungkin terdapat anemia dan trombositopeniaringan
b. Pemeriksaan widal
Uji Widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap bakteri Salmonella typhi. Uji Widal dimaksudkan untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita Demam Tifoid. Akibat adanya infeksi oleh Salmonella typhi maka penderita membuat antibodi (aglutinin) yaitu:
· Aglutinin O: karena rangsangan antigen O yang berasal dari tubuh bakteri
· Aglutinin H: karena rangsangan antigen H yang berasal dari flagela bakteri
· Aglutinin Vi: karena rangsangan antigen Vi yang berasal dari simpai bakter.
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglitinin O dan H yang digunakan untuk diagnosis Demam Tifoid. Semakin tinggi titernya semakin besar kemungkinan menderita Demam Tifoid. (Widiastuti Samekto, 2001)
c. Pemeriksaan darah untuk kultur (biakan empedu
G. PENULARAN
Prinsip penularan penyakit ini adalah fekal-oral. Kuman berasal dari tinja atau urin penderita atau bahkan carier (pembawa penyakit yang tidak sakit) yang masuk kedalam tubuh manusia melalui air dan makanan. Kontaminasi dapat terjadi juga terjadi pada sayuran mentah dan buah-buahan yang pohonnya dipupuk dengan kotoran manusia. Vector berupa serangga (antara lain lalat) juga berperan dalam penularan penyakit.
H. PENCEGAHAN
Kebersihan makanan dan minuman sangat penting dalam pencegahan demam tifoi. Merebus air minum dan makanan sampai mendidih sangat membantu. Sanitasi lingkungan,termasuk pembuangan sampah dan imunisasi, berguna untuk mencegah penyakit. Secara lebih detail,strategi pencegahan demam tipoid mencangkup hal-hal berikut:
1. Penyediaan sumber air minum yang baik
2. Penyediaan jamban yang social
3. Sosialisasi budaya cuci tangan
4. Sosialisasi budaya merebus air sampai mendidih sebelum diminum
5. Pemberantasan lalat
6. Pengawasan kepada penjual makanan dan minuman
7. Sosialisasi pemberian ASI pada ibu menyusui
8. Imunisasi
Imunisasi pencegahan tifoid termasuk dalam pengembangan imunisasi yang dianjurkan di Indonesia. Akan tetapi,program ini masih belum biderikan secara gratis karena keterbatasan sumber daya peemerintahan Indonesia. Oleh sebab itu, orangtua harus membayar biaya imunisasi untuk anaknya. Jenis vaksin yang tersedia adalah:
1. Vaksin parenteral utuh
Berasal dari sel S. Typhi utuh yang sudah mati. Setiap cc vaksin mengandung sekitar 1 miliar kuman. Dosis untuk anak usia 1-5 tahun adalah 0,1 cc, anak usia 6-12 tahun0,25 cc,dan dewasa 0,5 cc. Dosis diberikan 2 kali dengan interval 4 minggu. Karena efek samping dan tingkat perlindungannya yang pendek,vaksin jenis ini sudah tidak beredar lagi.
2. Vaksin oral Ty21a
Ini adalah vaksin oral yang mengandung S.Typhi strain Ty21a hidup. Vaksin diberikan pada usia minimal 6 tahun dengan dosis kapsul setiap 2 hari selama 1 minggu,menurut laporan vaksin ini bertahan selama 5 tahun.
3. Vaksin parenteral polisakarida
Vaksin ini berasal dari polisa Sakarida Vi dari kuman Salmonella. Vaksin diberikan secara parenteral dengan dosis tunggal 0,5 cc intramuscular pada usia mulai 2 tahun dengan dosis ulangan setiap 3 tahun. Lama perlindungan sekitar 60-70%. Jenis vaksin ini menjadi pilihan utama karena relative paling aman.
I. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan dari penyakit ini dapat dibedakan menjadi tiga bagian seperti berikut:
1. Perawatan
· Tirah baring total sampai minimal tujuh hari bebas demam tau kurang lebih selama 14 hari.
· Posisi tubuh harus diubah setiap dua jam sekali untuk mencegah dekubitus ( luka pada kulit,akibat penekanan yang terlalu lama,ulkus kulit,bedsores akibat terlalu lama berbaring ditempat tidur pada satu sisi tubuh tertentu).
· Mobilisasi sesuai dengan kondisi
2. Diet
· Makanan diberikan secara bertahap sesuai dengan keadaan penyakitnya (mula-mula air,lalu makanan lunak, dan kemudian makanan biasa)
· Makanan yang mengandung cukup cairan,TKTP
· Makanan harus mengandung cukup cairan,kalori dan tinggi protein,tidak boleh mengandung banyak serat,tidak merangsang maupun menimbulkan banyak gas.
3. Pengobatan
· Pemberian obat antibiotik
· Pemberian obat antipiretik
· Pemberian obat antiemetik
J. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
· Riwayat kesehatan sekarang:
Tanyakan mengapa pasien masuk rumah sakit dan apa keluhan utama pasien,sehingga dapat ditegakkan prioritas masalah yang muncul.
· Riwayat kesehatan sebelumnya:
Apakan pasien pernah dirawat dengan penyakit yang sama atau penyakit yang lain dan berhubungan dengan system pencernaan,sehingga menyebabkan tipoid.
· Riwayat tumbuh kembang (jika pada pasien anak)
· Pemeriksaan fisik:
a. Aktivitas/istirahat : kelemahan,malaise,kelelahan,cepat lelah,insomnia karena tidak diare dan kecemasan.
b. Sirkulasi : takikardi (respon pada demam,dehidrasi,proses imflamasi dan nyeri),kemerahan.
c. Entegritas ego: ansietas,emosi labil
d. Eliminasi: tekstur feses bervariasi mulai dari bentuk lunak,baud an berair.
e. Pola makan: anoreksia,mual-muntah,penurunan berat badan
f. Hygiene: tidak mampu dalam mempertahankan perawatan diri
g. Integument: turgor buruk,kulit kering,lidah kotor
h. Abdomen: nyeri tekan,hepatomegali,splenomegali
· Pemeriksaan diagnostic
2. Diagnosa
· Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
· Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia dan mual muntah
· Resiko tinggi cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya asupan cairan dan peningkatan suhu tubuh
· Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
· Kurangan perawatan diri berhungan dengan bedrest total
3. Rencana tindakan
Diagnosa 1 : Hipertermi berhubungandengan proses infeksi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keparawatan 1 x 24 jam hipertermi dapat teratasi.
Kriteria hasil :
· Pasien mampu menjelaskan kembali pendidikan kesehatan yang diberikan
· Pasien mampu termotivasi untuk melaksanakan penjelasan yang telah diberikan
Intervensi:
1. Evaluasi tanda-tanda vital
Rasional:
Sebagai pengawan terhadap adanya perubahan keadaan umum pasien sehingga dapat dilakukan penanganan dan perawatan secara cepat dan tepat
2. Lakukan tirah baring total
Rasional:
Penurunan aktifitas akan menurunkan laju metabolism yang tinggi pada fase akut,dengan demikian membantu menurunkan suhu tubuh
3. Atur lingkungan yang kondusif
Rasional:
Kondisi ruang yang tidak panas,tidak bising,dan sedikit pengunjung memberikan efektifitas terhadap proses penyembuhan.
4. Berikan kompres hangat pada daerah aksila,lipat paha, dan temporal bila terjadi panas.
Rasional:
Kompres hangat member efek vasodilatasi pembuluh darah sehingga mempercepat penguapan tubuh
5. Anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang tipis dan dapat menyerap keringat seperti kain katun
Rasional:
Pakaian yang tipis dan menyerap keringat sangat efektif meningkatkan efek dari evaporasi,sehingga suhu tubuh perlahan turun
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antipiretik
Rasional:
Antipiretik bertujuan untuk memblok respon panas sehingga suhu tubuh pasien dapat lebih cepat menurun.
Diagnosa 2 : perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungandengan anoreksia dan mual muntah
Tujuan : setelah dilakukan tindakankeprawatan 1 x 24 jam kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi
Kriteria hasil :
· Tidak ada mual dan muntah
· Nafsu makan meningkat
· Klien dapat menghabiskan satu porsi makanan
· Berat badan meningkat/tetap
Intervensi:
1. Kaji pola makan dan status pasien
Rasional:
Sebagai dasar tindakan keparawatan selanjtnya
2. Berikan makanan yang tidak merangsang (makanan pedas,asam dan mengandung gas)
Rasional:
Makanan yang merangsang (pedas,asam,mengandung gas) dapat mengakibatkan iritasi pada usus
3. Berikan makanan lunak selama masa akut (masih ada panas atau suhu tubuh masih lebih dari normal)
Rasional:
Mencegah iritasi usus dan perforasi usus
4. Timbang berat badan pasien setiap hari
Rasional:
Untuk mengetahui masukan masakan/penambahan berat badan
5. Berikan pendidikan kesehatan tentang pentingnya asupan nutrisi yang memadai untuk system kekebalan tubuh klien
Rasional:
Dengan memberikan pendidikan kesehatan akan menanbah informasi klien dan agar pasien dapat bersikap kooperatif
6. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat antemetik dan vitamin
Rasional:
Pemberian obat yang sesuai indikasi adalah penanganan yang tepat,antiemetik dan vitamin digunakan sebagai penghilang mual dan penambah nafsu makan klien.
7. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian diet yang tepat
Rasional:
Diet yang tepat dan sesuia indikasi dapat mempercepatpenyembuhan klien.
Diagnosa 3 : Resiko tinggi cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya asupan cairan dan peningkatan suhu tubuh
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawata 1 x 24 jam kebutuhan cairan seimbang
Kriteria hasil :
· Intake dan output seimbang
· Tanda-tanda vital dalam batas normal
· Membrane mukosa lembab
· Turgor kulit baik
· Kulit lembab
·
Intervensi:
1. Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
Rasional;
Hipotensi,takikardi,dan demam menunjukan respon terhadap kehilangan cairan
2. Monitor tanda-tanda kekurangan cairan (turgor kulit buruk,produksi urine menurun,membrane mukosa kering,bibir pecah-pecah,dan pengisian kapiler lambat)
Rasional:
Tanda-tanda tersebut menunjukan kehilangan cairan berlebihan/dehidrasi.
3. Anjurkan klien banyak minum:
Rasional:
Untuk mengganti cairan yang hilang
4. Timbang berat badan pasien setiap hari
Rasional;
Berat badan sebagai indicator kekurangan cairan dan nutrisi
5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian cairan parenteral.
Rasional;
Cairan parenteral digunakan untuk mempeerbaiki kekurangan volume cairan.
BAB 3
PENUTUP
A. KESIMPULANDemam tipoid adalah penyakit infeksi pada usus halus yang disebabkan oleh bakteri salmonella typhi. Gejala penyakit ini demam,gangguan system pencernaan dan penurunan kesadaran.
B. SARANDemam tipoid dapat dicegah dengan bebarapa cara,strategi pencegahan demam tipoid mencangkup hal-hal berikut:1. Penyediaan sumber air minum yang baik2. Penyediaan jamban yang social3. Sosialisasi budaya cuci tangan4. Sosialisasi budaya merebus air sampai mendidih sebelum diminum5. Pemberantasan lalat6. Pengawasan kepada penjual makanan dan minuman7. Sosialisasi pemberian ASI pada ibu menyusui8. Imunisasi
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin Arif & Sari Kumala.2011.Gangguan Gastrointestinal.Jakarta:Salemba MedikaArdiansyah M.2012.Medikal Bedah.Jogjakarta:Diva PressWidoyono.2008.Penyakit Tropis Edisi 1.Jakarta:Penerbit ErlanggaWidoyono.2011.Penyakit Tropis Edisi 2.Jakarta:Penerbit ErlanggaJong, W.D., 2005, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta.Lugo,. V.H., 2004. Periappendiceal Mass. Pediatric Surgery Update. Vol.23 No.03 September 2004