-=Selamat Datang di Giar Jovian Media=-

Anda baru disini?
Untuk melihat seluruh isi Website ini silahkan klik "Register" dibawah ini untuk mendaftar di Website ini!

Anda telah terdaftar disini?
Silahkan klik "Login" dibawah ini untuk masuk kedalam Website!
Terima Kasih!

Regard's,

:: Giar Jovian ::
-=Selamat Datang di Giar Jovian Media=-

Anda baru disini?
Untuk melihat seluruh isi Website ini silahkan klik "Register" dibawah ini untuk mendaftar di Website ini!

Anda telah terdaftar disini?
Silahkan klik "Login" dibawah ini untuk masuk kedalam Website!
Terima Kasih!

Regard's,

:: Giar Jovian ::
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.


 
IndeksGalleryPencarianLatest imagesPendaftaranLogin

 

 Asal Mula Lamongan

Go down 
PengirimMessage
ADMIN
COMMANDER
COMMANDER
ADMIN


Jumlah posting : 1780
Join date : 20.10.10
Age : 30
Lokasi : Lamongan
Pisces Dog

Asal Mula Lamongan Empty
PostSubyek: Asal Mula Lamongan   Asal Mula Lamongan Empty29th January 2012, 1:37 pm

Kesejarahan Kabupaten Lamongan dibanding dengan beberapa wilayah Kabupaten Lainnyadi Jawa Timur, nama Lamongan seolah tenggelam dalam khasanah kesejarahan yang beredar di masyarakat Indonesia pada umum. Beberapa daerah kabupaten lain di sekitar Lamonganmungkin sangat dikenal oleh banyak orang dari aspek kesejarahan wilayahnya, kita ambilcontoh Mojokerto dengan kerajaan Majapahit-nya, Kabupaten Tuban dengan sejarah adipatiRanggalawe-nya yang juga terkenal pada era pemerintahan kerajaan Majapahit. Sejarah tidak banyak mencatat tentang keberadaan Kabupaten/wilayah Lamongan segamblang Kadipatenatau Kerajaan Tuban terlebih bila dibandingkan dengan Majapahit.Berikut ini merupakan sekilas penggalan sejarah Kabupaten Lamongan yang telah berhasildihimpun oleh Pemerintah Daerah Lamongan dan juga beberapa sumber lain yang salingmenguatkan terhadap kesejarahan tersebut.

I. Kurun Pra-Sejarah
Wilayah kabupaten Lamongan sebenarnya sudah dihuni oleh manusia semenjak jamansebelum masehi, hal ini berdasarkan temuan benda-benda kuno berupa kapak corang,candrasa, dan gelang-gelang (perhiasan) kuno di sekitar Desa Mantup Kecamatan Mantup.Beberapa penemuan lain berupa Nekara dari perunggu yang ditemukan di Desa KradenanrejoKecamatan Kedungpring. Benda-benda tersebut menurut periodesasi prasejarah termasuk dalam masa perundagian di Indonesia yang berkembang semenjak lebih kurang 300 SM.Bukti-bukti lain yang memperkuat bahwa wilayah Lamongan telah dihuni manusia pada prasejarah ialah ditemukannya kerangka manusia, dan manik-manik kaca, lempengan emas,kalung-kalung emas, benda-benda besi, gerabah, tulang binatang dan lain-lain juga di Desa Kradenanrejo Kecamatan Kedungpring. Sistem penguburan dengan menggunakan nekarasebagai wadah jasad manusia dan benda-benda milik si mati, berlaku pada masa perundagian.Kapak corong dan candrasa saat ini disimpan di Museum Mpu Tantular Surabaya di bawahno.4437 dan 4438, begitu juga dengan nekara.

II. Masa Perkembangan Hindu
Pengaruh agama dan kebudayaan hindu di wilayah Lamongan agaknya cukup luas, hal initerbukti dengan ditemukannya arca dan lingga -yoni. Arca yang ditemukan di wilayahLamongan sebanyak 7 buah, tersebar di wilayah kecamatan Lamongan, Paciran, Modo,Sambeng, dan Kembangbahu. Sedangkan lingga dan yoni ditemukan di 3 wilayahKecamatan, yaitu Kecamatan Ngimbang, Kembangbahu dan Sugio.Hingga sekarang belum dapat dipastikan sejak kapan pengaruh agama dan kebudayaan hindutersebut mulai masuk dalam kehidupan masyarakat di wilayah Lamongan, namun munculnyanama wilayah ini dalam panggung sejarah majapahit hingga arti penting wilayah ini bagikerajaan majapahit adalah pada akhir abad XIV. Peranan wilayah Lamongan dalamPemerintahan Majapahit ini dapat diketahui dengan ditemukannya 43 buah prasasti peninggalan Majapahit di wilayah Lamongan.Menilik dari sebaran prasasti yang ada di wilayah Lamongan, dapat dipastikan bahwaeksistensi masyarakat Lamongan dalam bidang politik dan keagamaan disamping merata, juga kuat. Sebaran prasasti itu terdapat di wilayah-wilayah kecamatan meliputi KecamatanLamongan sebanyak 2 buah, Mantup 2 buah, Modo 7 buah, Ngimbang 8 buah, Sambeng 9 buah, Bluluk 6 buah, Sugio 2 buah, Deket 1 buah, Turi 1 buah, Sukodadi 1 buah, Babat 1Buah, Brondong 1 buah, Paciran 2 buah.Dari 43 buah prasasti tersebut, 39 buah diguris di atas batu dan 4 lainya diguris diataslempengan tembaga, yang dikenal dengan Pasasti Biluluk I,II,III, dan IV yang saat inidisimpan di Museum Nasional Jakarta dengan kode E.97 a-d. Prasasti ini berasal dari zamanRaja Hayam Wuruk (1350-1389) dan Wikramawhardana (1389-1429). Prasasti tersebutditulis dalam huruf jawa kuno dan telah di transkrip oleh Dr. Callenfels dalamOV.1917,1918, dan 1919. H.M Yamin memuat kembali transkrip itu dengan sariterjemahannya kedalam bahasa Indonesia dalam bukunya
Tata Negara Majapahit
Parwa II .Museum Nasional menyalin kembali dalam buku Prasasti Koleksi Museum Nasional I, danPigeaud membahasnya secara mendalam pada bab tersendiri dalam bukunya
Java in the 14thCentury
.Dari banyaknya prasasti yang ditemukan, diperoleh petunjuk yang kuat bahwa wilayahlamongan merupakan wilayah yang cukup berarti bagi pemerintahan kerajaan majapahit,secara kebudayaan dan agama. Petunjuk lain kyang dapat diperoleh ialah bahwa perhubunganantara pusat wilayah kerajaan dengan wilayah Lamongan sudah cukup ramai.Prasasti biluluk I-IV yang berangka tahun 1288 – 1317 Saka atau tahun 1366-1395 Mmerupakan suarat atau titah raja yang diturunkan dan tujukan kepada kepada keluargakerajaan yang memerintah di biluluk dan Tanggulunan.Isi prasasti itu antara lain;

1.Orang biluluk diberi wewenang untuk menimba air garam pada saat upacara pemujaan sekali setahun, sebagaimana yang telah mereka miliki sejak dulu asal tidak diperdagangkan. Apabila diperdagangkan akan dikenakan cukai.
2.Rakyat biluluk dan tanggulunan memperoleh perlindungan dan restu raja, sehinggasiapa saja yang merugikan mereka akan terkena supata atau kutukan yakni akanmenderita kecelakaan, seperti antara lain; apabila mereka berada dipadang tegalanakan digigit ular berbisa, apabila masuk hutan akan diterkam harimau, apabila masuk rumah akan diselubungi dan dimakan api, dimana saja akan sengsara, celaka dan mati.
3.Memberi kebebasan kepada rakyat biluluk untuk melakukan berbagai pekerjaanseperti ; berdagang , membuat arak, memotong, mencuci, mewarna, memutar (menurut pigeaud, membuat tepung, gula aren, atau tebu), dan membakar kapur tanpadipungut pajak.
4.Status daerah perdikan biluluk dan tanggulunan ditingkatkan dari daerah shimamenjjadi daerah swatantra, sebagai daerah swatantra atau otonom dan rakyat yangdicintai oleh raja, mereka bebas dari kewajiban membayar upeti dan memberi jamuanmakan seerta bekal kepada para petugas kerajaan yang sedang lewat atau singgah.Mereka juga dibebaskan membayar berbagai macam cukai, seperti perkawinan, dukun bayi, pembakaran jenazah, upacara kematian (nyadran), angkutan, pendirian rumah, pertunjukan, penitipan barang dagangan berupa cabai kemukus, kapulaga, besi, kuali besi, pinggan rotan dan kapas.
5.Petunjuk bahwa daerah bluluk dan tanggulunan diberi status swatantra, agar tidak dikuasai oleh sang katrini (pejabat tinggi negara), melainkan mempunyai kekuasaanterhadap tukang dan pegawai dengan hak-hak pengaturan perekonomian, keamanandan ketentraman.
6.Kegiatan perekonomian diwilayah kerajaan majapahit umumnya di biluluk dantanggulunan khususnya sangat penting artinya bagi negara dan penduduk sendiri.Komoditi perdagangan dari biluluk yang menonjol adalah; garam gula kelapa atauaren, dan daging dendeng. Dendeng pada masa itu tergolong makanan mewah dankomoditas dagangan yang mahal. Bagi rakyat biluluk sendiri, perdagangan dendengsangat menguntungkan. Usaha yang juga berkembang di biluluk ialah pencelupanatau pewarnaan kain, penggilingan beras atau tepung, dan bahan-bahan makanan daritepung umbi atau kentang.
7.Setiap tahun diselenggarakan keramaian atau pasar tahunan yang berfungsi sebagai promosi berbagai macam barang dagangan.Menelaah prasasti Biluluk dan memperhatikan persebaran banda peninggalan purbakala diwilayah lamongan sekarang, kata biluluk secara pasti dapat diidentifikasi dengan Bluluk sekarang. Kata tangulunan agaknya tidak lain adalah Tenggulun yang sekarang menjadisebuah desa diwilayah Kecamatan Paciran berbatasan dengan Kecamatan Laren. Desa inidalam buku Sejarah Brigade Ronggolawe disebut sebagai desa trenggulunan. Sedangkan kata pepadang agaknya tidak berada dalam wilayah Lamongan, mungkin sekarang Desa Padang diwilayah kecamatan Trucuk, Bojonegoro, yakni sebuah desa di tepian bengawan solo sebelah barat kota Bojonegoro atau mungkin Kecmatan Padangan dekat kota Cepu sekarang.Dengan demikian wilayah Lamongan pada waktu itu terbagi kedalam dua daerah swatantraatau daerah otonom, yaitu Bluluk dibagian selatan dan barat dan Tanggulunan dibagian utaradan timur wilayah Lamongan sekarang. Tentang adanya wilayah kekuasaan lebih dari satu diLamongan, juga diperoleh informasi dari de Graaf dan Pigeaud, bahwa pada tahun 1541 dan1542 Demak mengalahkan para penguasa di Lamongan (zouden de heersers Lamongan).

Tentang hubungan prasasti tersebut dengan Majapahit disebutkan dalam prasasti Biluluk I,yaitu
“makanguni kang adapur ing majapahit, siwihos kuneng yan hanang rubuhaknawangsyaningon kang biluluk, kang tanggulunan amangguha papa,…..”,
artinya “pertamasekali kepada dapur majapahit, tetapi sekiranya ada yang merugikan rakyatku di Biluluk danTanggulunan, maka mereka itu akan menderita kecelakaan……” Kata
adapur
menurut pigeaud adalah kelompok pembuat garam. Kelompok pembuat garam ini di Majapahitmendapat pujian dan penghargaan. Dengan demikian wilayah Bluluk dan Tanggulunanlangsung atau tidak langsung berada dalam kekuasaan Majapahit.Dari isi prasasti juga dapat dimengerti kedudukan Lamongan terhadap Mjapahit, yakniLamongan termasuk kategori daerah yang strategis dalam politik Majapahit, karena daerahini merupakan jalur penting menuju dunia luar dengan Tuban (Sedayu) sebagai Pelabuhanutama. Karena pentingnya itu, maka daerah-daerah tersebut diberi hak otonomi yang luasdengan hak-hak istimewa yang menyangkut kewenangan mengatur perangkat pemerintahan,masyarakat, perpajakan, dan perekonomian atau perdagangan. Disamping itu kedua daerahotonom itu memperoleh perlindungan yang memadai dari pemerintahan kerajaan Majapahit.Untuk memantapkan kekuasaan penguasa dan rakyatnya, maka kedua daerah tersebutdipercayakan dan dikuasakan kepada paman raja hayam wuruk sendiri yang bernama SriPaduka Bathara Parameswara.Dalam hubunganya dengan kegiatan perekonomian dan perdagangan, Lamongan (Biluluk dan Tanggulunan) agaknya menempati posisi cukup penting, karena jalur utama antara pusatkerajaan Majapahit dengan palabuhan dagang Tuban harus lewat daerah ini. Jalur perdagangan itu diperkirakan melalui Mojokerto ke utara lewat Kemlagi, terus ke pamotan – Wateswinangun-Lamongrejo- Ngimbang- Bluluk- Modo-Babat-Pucuk-Pringgoboyo-Laren-terus ke Tuban. Dari Tanggulunan ke pusat kerajaan agaknya juga lewat pringoboyo denganterlebih dahulu menyusuri Bengawan solo.Desa Pringgoboyo, berdasarkan temuan batu bata kuno, diperkirakan sudah menjadi tempatyang ramai dan menjadi pos penjagaan kerajaan baik untuk kepentingan keamanan pusatkerajaan, maupun untuk kepentingan perbendaharaan kerajaan, yakni tempat memeungutcukai barang dagangan yang melewati jalur tersebut (bengawan solo).Daerah Biluluk dan Tanggulunan diatas merupakan daearah penghasil daging yangdikeringkan (dendeng) dan juga Kerajinan tangan, disamping komoditi ekspor garam, gulaaren dan merica.Dalam hubunganya dengan kepercayaan keagamaan, berdasarkan temuan arca-arca syiwayang tersebar di wilayah Lamongan, kiranya kebanyakan masyarakat Lamongan waktu itu beragama hindu aliran syiwa. Betapa agama ini telah demikian dalam dan luas pengaruhnyakedalam kehidupan dan budaya masyarakat Lamongan, dapat dilihat misalnya bentuk bangunan gapura yang berbentuk candi bentar dikompleks masjid sendang dhuwur.Kompleks masjid dan makam dengan gapura tersebut didirikan disuatu bukit yang disebutgunung Amintuno (Gunung pembakaran).Tentang pengaruh agama budha di Lamongan agaknya juga ada. Sekalipun tidak ada bukti peninggalan sejarah seperti arca budha dan lainya, tetapi dari penuturan orang-orang tuadidesa-desa bahwa agama orang zaman dulu itu agama budha dan zamanya bukan zamanhindu, melainkan zaman
kabudhan
. Kecuali yang sudah pernah bersekolah dan belajar sejarah, umumnya mereka tidak pernah menyebut-nyebut agama Hindu atau Zaman Hindu.

Spoiler:
Kembali Ke Atas Go down
http://jovian.yours.tv
 
Asal Mula Lamongan
Kembali Ke Atas 
Halaman 1 dari 1
 Similar topics
-
» LEGENDA ASAL-USUL GAJAH MADA DARI LAMONGAN
» Tim Paduan Suara Akper Lamongan pada HUT PPNI di Pendopo Lamongan 2013
» Tim Paduan Suara Akper Lamongan pada HKN 2013 di DINKES Lamongan
» Beberapa Penghargaan untuk Akper Lamongan saat HKN di DINKES Lamongan
» Asal Usul Mahapatih Gajah Mada (Serat Babad Gajah Maddha)

Permissions in this forum:Anda tidak dapat menjawab topik
 :: E-ducation :: Visit Lamongan-
Navigasi: